Penduduk asli Sulawesi Tengah terdiri atas 15 kelompok etnis atau suku, yaitu:
- Etnis Kaili berdiam di Kabupaten Donggala dan Kota Palu
- Etnis Kulawi berdiam di Kabupaten Donggala
- Etnis Lore berdiam di Kabupaten Poso
- Etnis Pamona berdiam di Kabupaten Poso
- Etnis Mori berdiam di Kabupaten Morowali
- Etnis Bungku berdiam di Kabupaten Morowali
- Etnis Saluan atau Loinang berdiam di Kabupaten Banggai
- Etnis Balantak berdiam di Kabupaten Banggai
- Etnis Mamasa berdiam di Kabupaten Banggai
- Etnis Taa berdiam di Kabupaten Banggai
- Etnis Bare’e berdiam di Kabupaten Touna
- Etnis Banggai berdiam di Banggai Kepulauan
- Etnis Buol mendiami Kabupaten Buol
- Etnis Tolitoli berdiam di Kabupaten Tolitoli
- Etnis Tomini mendiami Kabupaten Parigi Moutong
- Etnis Dampal berdiam di Dampal, Kabupaten Tolitoli
- Etnis Dondo berdiam di Dondo Kabupaten Tolitoli
- Etnis Pendau berdiam di Kabupaten Tolitoli
- Etnis Dampelas berdiam di Kabupaten Donggala
Disamping 12 kelompok etnis, ada beberapa suku hidup di daerah
pegunungan seperti suku Da’a di Donggala, suku Wana di Morowali, suku
Seasea di Banggai dan suku Daya di Buol Tolitoli. Meskipun masyarakat
Sulawesi Tengah memiliki sekitar 22 bahasa yang saling berbeda antara
suku yang satu dengan yang lainnya, namun masyarakat dapat berkomunikasi
satu sama lain menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
dan bahasa pengantar sehari-hari.
Selain penduduk asli, Sulawesi Tengah dihuni pula oleh transmigran
seperti dari Bali, Jawa, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
Suku pendatang yang juga banyak mendiami wilayah Sulawesi Tengah adalah
Bugis, Makasar dan Toraja serta etnis lainnya di Indonesia sejak awal
abad ke 19 dan sudah membaur. Jumlah penduduk di daerah ini sekitar
2.128.000 jiwa yang mayoritas beragama Islam, lainnya Kristen, Hindu
dan Budha. Tingkat toleransi beragama sangat tinggi dan semangat
gotong-royong yang kuat merupakan bagian dari kehidupan masyarakat.
Pertanian merupakan sumber utama mata pencaharian penduduk dengan
padi sebagai tanaman utama. Kopi, kelapa, kakao dan cengkeh merupakan
tanaman perdagangan unggulan daerah ini dan hasil hutan berupa rotan,
beberapa macam kayu seperti agatis, ebony dan meranti yang merupakan
andalan Sulawesi Tengah. Masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan diketuai oleh ketua adat
disamping pimpinan pemerintahan seperti Kepala Desa. Ketua adat
menetapkan hukum adat dan denda berupa kerbau bagi yang melanggar.
Umumnya masyarakat yang jujur dan ramah sering mengadakan upacara untuk
menyambut para tamu seperti persembahan ayam putih, beras, telur dan
tuak yang difermentasikan dan disimpan dalam bambu.
Kebudayaan
Sulawesi Tengah kaya akan budaya yang diwariskan secara turun
temurun. Tradisi yang menyangkut aspek kehidupan dipelihara dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari. Kepercayaan lama adalah warisan budaya
yang tetap terpelihara dan dilakukan dalam beberapa bentuk dengan
berbagai pengaruh modern serta pengaruh agama.
Karena banyak kelompok etnis mendiami Sulawesi Tengah, maka terdapat
pula banyak perbedaan di antara etnis tersebut yang merupakan kekhasan
yang harmonis dalam masyarakat. Mereka yang tinggal di pantai bagian
barat kabupaten Donggala telah bercampur dengan masyarakat Bugis dari
Sulawesi Selatan dan masyarakat Gorontalo. Di bagian timur pulau
Sulawesi, juga terdapat pengaruh kuat Gorontalo dan Manado, terlihat
dari dialek daerah Luwuk, dan sebaran suku Gorontalo di kecamatan
Bualemo yang cukup dominan.
Ada juga pengaruh dari Sumatera Barat seperti nampak dalam dekorasi
upacara perkawinan. Kabupaten Donggala memiliki tradisi menenun kain
warisan zaman Hindu. Pusat-pusat penenunan terdapat di Donggala Kodi,
Watusampu, Palu, Tawaeli dan Banawa. Sistem tenun ikat ganda yang
merupakan teknik spesial yang bermotif Bali, India dan Jepang masih
dapat ditemukan.
Sementara masyarakat pegunungan memiliki budaya tersendiri yang
banyak dipengaruhi suku Toraja, Sulawesi Selatan. Meski demikian,
tradisi, adat, model pakaian dan arsitektur rumah berbeda dengan Toraja,
seperti contohnya ialah mereka menggunakan kulit beringin sebagai
pakaian penghangat badan. Rumah tradisional Sulawesi Tengah terbuat dari
tiang dan dinding kayu yang beratap ilalang hanya memiliki satu ruang
besar. Lobo atau duhunga merupakan ruang bersama atau aula yang
digunakan untuk festival atau upacara, sedangkan Tambi merupakan rumah
tempat tinggal. Selain rumah, ada pula lumbung padi yang disebut
Gampiri.
Buya atau sarung seperti model Eropa hingga sepanjang pinggang dan
keraba semacam blus yang dilengkapi dengan benang emas. Tali atau
mahkota pada kepala diduga merupakan pengaruh kerajaan Eropa. Baju
banjara yang disulam dengan benang emas merupakan baju laki-laki yang
panjangnya hingga lutut. Daster atau sarung sutra yang membujur
sepanjang dada hingga bahu, mahkota kepala yang berwarna-warni dan
parang yang diselip di pinggang melengkapi pakaian adat.
Sumber : http://blacktivy.wordpress.com/2010/06/10/ciri-khas-sulawesi-tengah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar