Kesenian
Musik dan tarian di Sulawesi Tengah bervariasi antara daerah yang
satu dengan lainnya. Musik tradisional memiliki instrume seperti suling,
gong dan gendang. Alat musik ini lebih berfungsi sebagai hiburan dan
bukan sebagai bagian ritual keagamaan. Di wilayah beretnis Kaili sekitar
pantai barat – waino – musik tradisional – ditampilkan ketika ada
upacara kematian. Kesenian ini telah dikembangkan dalam bentuk yang
lebih populer bagi para pemuda sebagai sarana mencari pasangan di suatu
keramaian. Banyak tarian yang berasal dari kepercayaan keagamaan dan
ditampilkan ketika festival.
Tari masyarakat yang terkenal adalah Dero yang berasal dari
masyarakat Pamona, kabupaten Poso dan kemudian diikuti masyarakat
Kulawi, kabupaten Donggala. Tarian dero khusus ditampilkan ketika musim
panen, upacara penyambutan tamu, syukuran dan hari-hari besar tertentu.
Dero adalah salah satu tarian dimana laki-laki dan perempuan
berpegangan tangan dan membentuk lingkaran. Tarian ini bukan warisan
leluhur tetapi merupakan kebiasaan selama pendudukan jepang di
Indonesia ketika Perang Dunia II.
Agama
Penduduk Sulawesi Tengah sebagian besar memeluk agama Islam. Tercatat
72.36% penduduk memeluk agama Islam, 24.51% memeluk agama Kristen dan
3.13% memeluk agama Hindu dan Budha. Islam disebarkan di Sulawesi
Tengah oleh Datuk Karamah, seorang ulama dari Sumatera Barat dan
diteruskan oleh Said ldrus Salim Aldjufri – seorang guru pada sekolah
Alkhairaat.
Agama Kristen pertama kali disebarkan di kabupaten Poso dan bagian
selatan Donggala oleh missioner Belanda A.C Cruyt dan Adrian.
Iklim
Garis khatulistiwa yang melintasi semenanjung bagian utara di
Sulawesi Tengah membuat iklim daerah ini tropis. Akan tetapi berbeda
dengan Jawa dan Bali serta sebagian pulau Sumatera, musim hujan di
Sulawesi Tengah antara bulan April dan September sedangkan musim kemarau
antara Oktober hingga Maret. Rata-rata curah hujan berkisar antara 800
sampai 3.000 milimeter per tahun yang termasuk curah hujan terendah di
Indonesia.
Temperatur berkisar antara 25 sampai 31° Celsius untuk dataran dan
pantai dengan tingkat kelembaban antara 71 sampai 76%. Di daerah
pegunungan suhu dapat mencapai 16 sampai 22′ Celsius.
Flora-Fauna
Sulawesi merupakan zona perbatasan unik di wilayah Asia Oceania,
dimana Flora dan Faunanya berbeda jauh dengan Flora dan Fauna Asia yang
terbentang di Asia dengan batas Kalimantan, juga berbeda dengan Flora
dan Fauna Oceania yang berada di Australia hingga Papua dan Pulau timor.
Garis maya yg membatasi zona ini disebut Wallace Line, sementara
kekhasan Flora dan Faunanya disebut Wallacea, karena teori ini di
kemukakan oleh Wallace seorang peneliti Inggris yang turut menemukan
teori evolusi bersama Darwin. Sulawesi memiliki flora dan fauna
tersendiri. Binatang khas pulau ini adalah anoa yang mirip kerbau,
babirusa yang berbulu sedikit dan memiliki taring pada mulutnya,
tersier, monyet tonkena Sulawesi, kuskus marsupial Sulawesi yang
berwarna-warni yang merupakan varitas binatang berkantung, serta burung
maleo yang bertelur pada pasir yang panas.
Hutan Sulawesi juga memiliki ciri tersendiri, didominasi oleh kayu
agatis yang berbeda dengan Sunda Besar yang didominasi oleh
pinang-pinangan (spesies rhododenron). Variasi flora dan fauna merupakan
obyek penelitian dan pengkajian ilmiah. Untuk melindungi flora dan
fauna, telah ditetapkan taman nasional dan suaka alam seperti Taman
Nasional Lore Lindu, Cagar Alam Morowali, Cagar Alam Tanjung Api dan
terakhir adalah Suaka Margasatwa di Bangkiriang.
Sumber : http://blacktivy.wordpress.com/2010/06/10/ciri-khas-sulawesi-tengah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar