Menyaksikan tayangan pemberitaan demonstrasi mahasiswa menolak kenaikan harga BBM selama 2-3 hari terakhir ini, banyak masyarakat yang makin tak simpati pada aksi mahasiswa dan pendemo yang cenderung anarkhistis. Mulai dari mengganggu dan menghalangi kepentingan publik, merusak fasilitas umum dan asset negara – yang nota bene dibangun/ dibeli dengan uang rakyat – sampai menjarah usaha swasta. Padahal semua yang dirusak dan diserang itu sama sekali tak ada kaitannya dengan proses pengambilan keputusan pengurangan subsidi BBM di APBN-P 2012.
Di Tangerang mahasiswa memblokir akses jalan toll menuju Bandara Soetta. Di Ternate, sebuah pesawat penumpang Low Cost Carrier yang sudah berada di ketinggian 70 meter di atas landas pacu, terpaksa berputar-putar tanpa bisa mendarat karena landa pacu dikuasai mahasiswa yang melakukan pembakaran di atasnya. Akhirnya pesawat terpaksa terbang kembali ke Manado dan menurunkan penumpangnya di sana karena khawatir kehabisan bahan bakar. Medan, awal pekan ini Bandara juga diblokade sehingga sejumlah penerbangan terpaksa ditunda/dibatalkan karena penumpang maupun awak pesawat tak bisa menuju Bandara.
Di hampir semua daerah, mahasiswa pendemo selalu membakar-bakar ban di jalanan, melempar batu, botol, batangan kayu dan potongan logam/besi. Bahkan tak jarang yang melempar bom molotov hingga melukai aparat Polisi. Tentu saja kalau sudah terjadi bakar-bakaran dan lempar-lemparan di jalanan, para pengguna jalan ngeri, kendaraan umum tak berani lewat dan pedagang yang biasa berdagang di sekitar jalan itu takut menjajakan dagangannya. Siapa lagi yang rugi? Tentu saja rakyat kecil yang sehari-hari berjuang mencari makan di jalanan dengan jadi PKL, pedagang asongan, sopir angkot dan bis kota, yang terpaksa tak bisa mencari rejeki. Pengguna jalan yang hendak berangkat ke kantor, ke sekolah, ke pasar yang harus berputar-putar cari jalan alterbatif, yang ujung-ujungnya menghabiskan bensin lebih banyak atau butuh ongkos lebih.
Pernahkah terpikir seseorang dari Jakarta terburu-buru ke Bandara Soetta karena mendapat telepon Ibunya sedang sakit keras dan kritis di Jawa Timur? Karena jalan ke bandara di blokir, ia tak bisa berada di sisi Ibunya saat menghembuskan nafas terakhir. Pernahkah terbayang seorang pemuda yang mendapat panggilan untuk wawancara dengan sebuah perusahaan di luar Jawa yang harus dihadirinya hari itu? Akibat tak bisa mencapai bandara, tiket yang ditangannya hangus padahal di beli dengan seluruh sisa tabungannya, sementara peluang kerja yang sudah di depan mata lenyap begitu saja. Tidakkah mahasiswa yang berdemo punya hati untuk meluruskan pikirannya yang dirasuki emosi dan kalap?
Sadarkah mereka bahwa landas pacu bandara yang dibakar itu dibangun dengan uang rakyat? Artinya kalau rusak juga harus diperbaiki dengan uang rakyat pula. Pahamkah mereka bahwa pesawat kategori LCC itu pesawat dengan harga tiket murah yang penumpangnya juga rakyat biasa? Artinya jika mereka tak bisa sampai ke tujuan, mereka harus membeli tiket lagi untuk penerbangan berikutnya, padahal uang sebegitu sangat besar jumlahnya bagi mereka. Mengertikah mahasiswa bahwa mobil dinas itu dibeli dengan uang APBD dan kalau dibakar berarti asset negara hangus?
Kalau mereka tak pernah berpikir sampai ke sana dan tak paham esensi serta akibat perbuatan mereka, rasa-rasanya mustahil. Sebab mereka kalangan terdidik, kaum intelektual. Kecuali jika mereka memang SENGAJA melakukan tindakan ANARKHIS karena memang itu TUJUANNYA.
Pada tanggal 29 Maret 2012, setidaknya ada 2 demo super anarkhis yang terjadi di Makasar dan Jakarta (Salemba). Di Makasar demo berubah menjadi rusuh sekitar jam 21.00 WITA dan sampai diberitakan di televisi jam 21.30 WIB (22.30 WITA), ekskalasi kerusuhan masih meluas. Diberitakan TV, Polisi dibantu warga tepaksa membalas lemparan batu yang dilakukan mahasiswa. Artinya, sudah terjadi bentrokan horisontal antara mahasiswa VS masyarakat. Polisi sampai terpaksa mengeluarkan tembakan peringatan untuk membubarkan massa. Reporter TV One sampai berlari-lari dan memberitakannya dengan suara terengah-engah dibayangi kengerian. Katanya suasana di depan Universitas Muhammadiyah Makasar sangat mencekam.
Di Salemba, sekitar jalan Diponegoro, mulai jam 6 petang mahasiswa UKI, UPI dan YAI dan mereka yang menamakan diri Konami (Konsolidasi Aksi Mahasiswa Indonesia) mulai memblokade jalan. Makin malam mereka makin kalap, membakar pos polisi, merusak mobil-mobil dan melempari warga yang memaksa lewat. Apa saja dilemparkan dan dibakar, termasuk bom molotov. Kapolsek Senen terluka dan patah tangannya hingga terpaksa dirawat di RS, akibat dikeroyok dan dipukuli mahasiswa saat sang Kapolsek mencoba memadamkan pos polisi yang dibakar mahasiswa. Mobil Brimob pun di depan YLBHI dibakar mahasiswa. Sampai jauh malam kerusuhan masih berlanjut.
Dengan melihat demo ini, sepertinya memang sengaja diarahkan untuk menjadi kerusuhan yang bersifat massal dan massive. Melibatkan ribuan orang dari kelompok mahasiswa dan buruh, serta terjadi di semua daerah. Kerusuhan pun seperti diupayakan terjadi di daerah-daerah, bukan hanya Jakarta saja. Indikasi lainnya : semalam seperti diberitakan TV-TV, beredar SMS dan BBM yang mengabarkan ada mahasiswa yang tertembak sampai tewas dalam bentrok antara pendemo dengan Polisi di kawasan Salemba. Padahal,, pihak Kampus sendiri secara resmi mengeluarkan pernyataan bahwa tak ada penembakan.
Sepertinya SMS dan BBM itu sudah dipersiapkan, karena begitu terjadi bentrok, kabar itu langsung menyebar. Mungkin tujuannya untuk menjadikan Jakarta seperti tragedi 13 – 15 Mei 1998. Saat itu terjadi penembakan terhadap 4 mahasiswa Trisakti sampai tewas. Dan di saat mahasiswa masih cooling down karena berkabung pasca pemakaman teman mereka, perusuh masuk ke Jakarta dan melakukan penjarahan dan pembakaran di mana-mana dan eskalasinya meluas ke seantero Jakarta, sampai berlangsung 3 hari.
Kini, mahasiswa telah menyediakan dirinya menjadi alat tunggangan kepentingan politik dari kelompok atau parpol tertentu yang memang menginginkan kondisi chaos, kerusuhan meluas di semua daerah. Entahlah kenapa mahasswa sekarang bisa kehilangan akal sehatnya dan bertindak tanpa pikir panjang. Asal tujuan cepat tercapai, cara apa saja dilakukan, meski kerugian yang ditimbulkan bisa jadi lebih besar ongkosnya dari pada yang diperjuangkan.
Sumber : http://politik.kompasiana.com/2012/03/30/demo-bbm-memang-diarahkan-untuk-jadi-kerusuhan-massal-dan-massive/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar